Selasa, 01 Januari 2013

Penggusuran St.LA dan UI

Sejak tadi malam (29/12), kami, mahasiswa UI, berjaga di Stasiun Lenteng Agung dengan beberapa pedagang yang masih bertahan. Mereka yang masih bertahan adalah yang masih memiliki hak untuk berdagang di Stasiun Lenteng Agung sampai hari ini. Hak itu berupa kontrak dan juga kepemilikan kios dan jumlahnya cukup banyak.Berduka (S)


Spoilerfor Sejarah Kios:

Sejarah kepemilikan kios para pedagang hampir sama dengan pedagang-pedagang di stasiun lain se-Jabodetabek, mereka mengeluarkan uang sejumlah puluhan juta, bahkan hingga 30 juta dan harus dilunasi dalam tempo singkat ke PT.KAI. Tak sedikit dari pedagang yang menggelontorkan uang dengan berhutang untuk mencoba peruntungan mereka berdagang di kios-kios di Stasiun. Dan, perlu diketahui, jasa uang-uang itu dibayarkan ke PT. KAI. Maka tak heran, di kasus penggusuran Stasiun Depok Baru, banyak yang pedagang yang masuk Rumah Sakit usai kios mereka digusur paksa karena hutang yang belum lunas.





Spoilerfor Penggusuran yang tanpa dialog:

Stasiun Lenteng Agung adalah yang kesekian kalinya menerima penggusuran tanpa adanya dialog antara PT. KAI dan pedagang. Hal ini terjadi mayoritas hampir di seluruh stasiun. Pedagang hanya ditempeli selebaran bebas, yang isinya diberi jangka waktu untuk mengosongkan kios. Mayoritas tenggat waktu yang diberikan adalah satu minggu. Sangat mepet dan cepat. Ada beberapa Pedagang yang membalas dengan baik-baik, yakni mengirim surat resmi kepada PT.KAI, namun sayangnya tidak diindahkan dan hal ini diabaikan saja.





Spoilerfor Penggusuran Pedagang Kios di Stasiun Lenteng Agung:

Pukul 08.00 para aparat keamanan telah datang. Seperti yang telah Kami prediksi sebelumnya, penggusuran yang dilakukan PT. KAI melibatkan TNI dan Brimob. Hal ini sebenarnya dilarang dalam Undang-Undang. Dalam Konferensi Pers yang sebelumnya telah dilakukan, hal tersebut telah Kami sampaikan ke Kementrian BUMN, Komnas HAM, dan pihak-pihak terkait bahwa hal ini tidak sesuai. Namun, lagi-lagi masih diabaikan.

Sebelumnya juga telah ada komunikasi yang dilakukan oleh Komnas HAM kepada PT. KAI untuk hentikan penggusuran dan ajakan lakukan dialog. Komnas HAM akan memanggil Dirut PT. KAI untuk bertemu muka dengan para pedagang, dan menjadi fasilitator. Hal ini lah yang menyemangati kami, yakni lakukan dialog. Ya, dialog antara kedua belah pihak agar saling menghormati, bukan main gusur tanpa tanggung jawab.

Hal yang langsung kami lakukan dari pagi hari adalah mencari Kepala Stasiun Lenteng Agung. Menurut Kami, Ia adalah orang yang paling bertanggun jawab atas penggusuran pedagang yang dilakukan hal itu. Sementara, beberapa mahasiswa lain, di peron menuju Bogor, berjaga-jaga bersama Pedagang.

Hampir 1 jam, Kami mencari Kepala Stasiun yang memang sepertinya sengaja disembunyikan agar tidak bertemu dengan Mahasiswa dan Pedagang. Sementara itu, penggusuran di Peron menuju Jakarta telah dilakukan. Martil, linggis, balok telah diayunkan ke dinding bangunan, dan Kami menatap hal itu sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya. Syukurnya, seluruh barang Pedagang yang ada di Peron Jakarta telah diselamatkan.

Akhirnya waktu dialog sampai juga. Dengan meminta bantuan Polisi, akhirnya Kepala Stasiun berani menunjukkan kehadirannya ditemani pejabat teras PT. KAI DAOP I Jakarta-Bogor. Kami pun juga bersama pedagang dan LBH Jakarta. Mengupayakan terjadinya dialog yang baik agar penggusuran ditunda. Hampir setengah jam waktu dihabiskan untuk berdialog. Sampai pada satu titik, pedagang sangat yakin bahwa hak mereka berdagang masih ada, dengan menunjukkan bukti. Di titik ini, Kami mendesak pihak PT. KAI untuk hentikan dulu penggusuran sementara sembari lakukan dialog dengan seluruh pedagang. Pihak dari PT. KAI tampak ragu-ragu dan mencoba berkelit.

Tiba-tiba, ada suara keributan dari depan ruangan, ternyata satu Mahasiswa UI ditangkap karena dianggap melakukan keonaran. Kami melihat Ia diseret, padahal Ia memegang karcis.

Ternyata, aparat penggusur telah sampai di peron Bogor yang tadi dikawal oleh mahasiswa menggunakan border. Beberapa yang berunding langsung lari ke luar menuju kerumunan massa untuk nyatakan bahwa, “sedang diadakan dialog, tolong penggusuran dihentikan dahulu”. Namun sayangnya kata-kata Kami tidak diindahkan dan diabaikan oleh aparat keamanan. Tergabung juga Brimob dan TNI di sana. Kami menerima tindakan kekerasan berupa pukulan, injakan, seretan, bahkan ada satu teman Kami yang jatuh terdorong ke bawah peron.

Kami tidak melakukan perlawanan dan hanya bertahan. Hingga hampir 1 jam Kami bertahan dan menyaksikan langsung dari dekat penggusuran yang membabi buta oleh aparat keamanan. Dengan jumlah yang tidak seimbang, akhirnya Kami memutuskan untuk menarik massa aksi ke tempat yang lebih aman.

Aksi dilanjutkan di luar peron Stasiun hingga sekitar 90 menit ke depan. Di sana, Kami menyaksikan tangisan para pedagang, tangisan para penumpang yang lewat, dan tangisan seluruh mahasiswa. Menangis bukan karena cengeng, namun karena hak-hak orang kecil yang diinjak-injak oleh PT. KAI.



Air mata ini akan terbayar.. Ya, akan terbayar..
Dan Kami tidak rela jika hal serupa juga terjadi di Stasiun UI.


Sumber:http://bem.ui.ac.id/?p=1020

Quote:Komeng ane gan: Ane tau Tujuan PT.KAI itu baek, mau bagusin peron, tapi proses penggusuran itu ada tata caranya gan! dan harus di sosialisasiin dengan surat tertulis resmi jauh jauh hari. Oleh karena itu mahasiswa UI ingin membela Hak dari pedagang tersebut. Bagai mana menurut agan?Berduka (S)Berduka (S)Cape d... (S)

salah room...

Kalo kayak alf*/ind*maret yg didalem stasiun kenapa aman dr penggusuran yah??....emang beda yah bayarannya?kalo emang beda kenapa gak dilelang ke umum ajah,siapa tau malah ada masyarakat dr umum yg mampu menyewa lebih mahal dr pada 2 pentolan waralaba tersebutBig Grin

30 juta itu kontraknya buat apa?
detil kontraknya gimana? periodenya?
disetor ke siapa?
legalitasnya gimana?

coba beritanya lebih jelas, jangan 1st person view begituh..
kayak cuma gagah2an BEM berjakun (yg ternyata ada gunanya)

para pedagang stasiun di Bogor dan Cilebut yang kemarin2 itu sudah siap mental merugi setelah terjadinya longsor, dimana tidak ada KRL maka jualan sepi

pedagang lain di stasiun lainnya pasti kaget dan histeris kiosnya digusur

Embarrassment

stasiun Ui emang bukannya mo di redesign? gmn mo renovasi kalau pedagangnya ga diungsikan dulu?


Spoilerfor design stasiun UI:

Penggusuran St.LA dan UI 7



tiru aja tuh idenya Gubernur Jakarta untuk soal kampung kumuh.
relokasi warga di pinggir rel-nya ke tempat lain, siapin tempat relokasinya.
biayanya dibantuin sama pemda, sewa rusun atau beli rusun, semua sama2 untung.

ini kan masalahnya karena udah dibiarin terlalu lama menghuni daerah pinggir rel.

kalau ngusir doang sih berhak2 aja lah tu PT KAI. Itu tanah dia, dan ada peraturannya kok. tapi kalau ngomong soal gimana selesainya bisa baik2 harusnya ada terobosan2 dari pemda lah untuk bantu warganya.

eh... kalau warga sejahtera, daerah dan pemda juga sejahtera tauks.
jangan narikin pajak doang laa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar